Theopini.id – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar, memperkirakan program desa peternakan terpadu berkelanjutan akan mendatangkan keuntungan minimal sebesar Rp300 juta lebih pertahun.
Pasalnya, program ini akan memadukan berbagai jenis usaha, mulai dari peternakan sapi, kambing, ayam, ikan air tawar, tanaman hortikultura, hingga pengolahan pupuk organik.
“Saya yakin dan saya optimis program ini akan berjalan dan salah satu contoh yang paling bagus ini bisa berasal dari Kabupaten Bandung,” kata Abdul Halim Iskandar, Sabtu 22 Januari 2022.
Hal itu, disampaikan Menteri Desa PDTT saat mengunjungi Kawasan Agrowisata Peternakan Terpadu Berkelanjutan unit usaha Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUM Desa Bersama) Waluya Balarea, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dia menjelaskan, program desa peternakan terpadu berkelanjutan dimaksudkan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan nasional, khususnya pangan hewani.
Program tersebut telah dimulai sejak tahun 2021, dengan sasaran adalah Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUM Desa Bersama) yang melibatkan 5-10 desa yang berdekatan.
“Ini merupakan satu dari tujuh pilot project program desa peternakan terpadu berkelanjutan di Kabupaten Bandung. Konsepnya adalah berkelanjutan, karena itu harus betul-betul ditangani secara serius dan tidak boleh sporadis serta tidak boleh parsial. Makanya kita buat juga konsepnya terintegrasi dengan desa-desa lainnya serta konsepnya full bantuan karena harus ada kemandirian,” jelas Gus Halim sapaan akrabnya.
Desa peternakan terpadu berkelanjutan ini, merupakan konsep peternakan komunal yang dikelola BUM Desa Bersama. Bentuknya adalah penggabungan beberapa komoditi unit usaha peternakan pada satu pasar di suatu daerah.
Arahnya desa-desa yang berpotensi di sektor peternakan akan dikembangkan sebagai sentral-sentral penyedia daging baik daging sapi, kambing, ayam hingga pusat hortikultura.
Gus Halim berpandangan, penguatan ketahanan pangan sudah sangat krusial, selain untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa, juga untuk mengantisipasi naiknya harga bahan pokok yang selama ini semakin membebani warga desa.
“Tujuannya jelas, selain untuk kesejahterakan masyarakat desa itu sendiri, minimal dapat menurunkan kebutuhan impor dengan meningkatkan ketahanan pangan, khususnya pemenuhan kebutuhan daging dan swasembada daging sapi nasional. Kondisi sekarang, ketahanan pangan sudah sangat krusial,” pungkasnya.
Sumber : Kemendes PDTT
Komentar