PARIMO, theopini.id – Seorang warga Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, Agung Afrianto Lamakanca, mengaku sebagai saksi mata kejadian penembakan yang menewaskan Erfaldi (21), saat bentrok antara Polisi dan masa aksi blockade jalur Trans Sulawesi, Desa Katulistiwa, Sabtu 14 Februari 2022.
“Saya salah satu orator disetiap aksi dan perwakilan pemuda Kecamatan Tinombo Selatan. Dimana saya salah satu saksi, penembakan yang terjadi pada malam itu,” tegas Agung Afrianto Lamakanca, Kamis 17 Februari 2022.
Hal itu diungkapnya kepada anggota Komisi DPR RI saat melakukan kunjungan spesifik, di Pantai Mosing, Desa Sinei, Kamis.
Saat kejadian penembakan terjadi, ia mengaku berjarak tiga meter dari di depan Erfaldi. Saat itu, ia dan korban serta bersama masa aksi lainnya, berlari menyelamatkan diri karena ketakutan mendengar suara tembakan.
“Kami berlarian tanpa arah, seketika Erfaldi terjatuh. kami berpikir dia tersandung, namun ketika dicek, tubuhnya sudah ada luka,” ungkapnya.
Menurut dia, penembakan itu terjadi sekitar kurang lebih pukul 00:00 WITA. Bahkan, ia pun menjamin keterangan yang diungkapkannya merupakan kebenaran, dibuktikan dengan rekaman video yang dimilikinya, saat mengangkat Erfaldi.
Saat malam kejadian kata dia, aparat kepolisian masuk ke barisan tanpa diketahui masa aksi. Hal itu, yang diduga kuat mengakibatkan penembakan ke masa aksi terjadi.
Apalagi, ia dan masa aksi lainnya saat itu sempat melakukan perlawanan untuk membebaskan kawannya yang telah diamankan Polisi.
“Karena ada tembakan kami berlari tanpa arah,” ujarnya.
Aksi Tolak Aktivitas Tambang Sudah Ada Sejak 2010
Pada kesempatan itu, Agung juga mengungkapkan, gerakan penolakan tambang di Kecamatan Tinombo Selatan, sudah terjadi sejak 2010 sebagai bentuk perjuangan hak-hak petani.
Dia mengaku, memiliki sejumlah bukti surat-surat yang dilayangkan ke DPRD, pemerintah daerah setempat, hingga ke tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, namun tak didengarkan.
Bahkan, petisi penolakan dari masyarakat Tinombo Selatan juga sempat disampaikan ke Kapolda Sulawesi Tengah, dan Polres Parimo.
“Di Tinombo Selatan ada 2000 hektar sawah yang akan rusak, karena aktivitas pertambangan. Bahkan Kasimbar hingga Toribulu,” ungkapnya.
Diketahui, rombongan Komisi III DPR RI, yang diketuai Panggeran Khairul Saleh bersama 20 anggota lainnya, memberikan kesempatan kurang lebih 17 orang untuk diminta data dan keterangan, terkait peristiwa unjuk rasa yang berujung adanya korban jiwa.
Usai melakukan pertemuan dengan masyarakat, rombongan Komisi III DPR RI meninjau langsung lokasi unjuk rasa tolak tambang di Tugu Katulistiwa, Desa Katulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan.
Laporan : Novita Ramadhan
Komentar