PARIMO, theopini.id – Sebanyak tiga desa di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah terendam air dan lumpur, akibat banjir yang terjadi, pada Kamis 19 Mei 2022. Banjir yang diakibatkan luapan sungai tersebut, merendam ratusan pemukiman warga, dan sejumlah fasilitas umum.
Tiga desa yang terdampak banjir, yakni Dusun IV Desa Olaya, Kecamatan Parigi, Dusun III dan Dusun II Desa Kayuboko dan Dusun I Desa Air Panas, Kecamatan Parigi Barat. Warga setempat menduga banjir terjadi karena dampak aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Kayuboko yang masih terus beroperasi hingga saat ini.
Baca Juga : Banjir Rendam Belasan Rumah Warga di Desa Olaya
“Banjir ini sudah terjadi selama tiga hari, sejak Selasa, 17 Mei 2022. Puncaknya, Kamis, 19 Mei 2022, sekitar pukul 18:00 WITA, banjir merendam puluhan rumah warga, dan sekolah setingga lutut orang dewasa,” ungkap warga Desa Air Panas, Cipto, kepada wartawan, Kamis malam.
Dia mengatakan, banjir terjadi karena luapan sungai di Desa Air Panas, yang mengalami kedangkalan akibat endapan material pasir dari akitivitas PETI di Desa Kayuboko, Kecamatan Parigi Barat.
Sebab, pembuangan material pasir dipusatkan ke sungai, yang melewati Desa Kayuboko, Air Panas dan Olaya.
“Material pasir dari pengolahan tambang, dibuang ke sungai. Makanya, terjadi endapan pasir di sungai seperti saat ini, akhirnya meluap ke rumah-rumah warga,” kata dia.
Menurut dia, meskipun, pihak pengelola tambang mengerahkan alat berat untuk melakukan normalisasi, saat terjadi luapan air sungai. Namun warga akan tetap terdampak banjir, jika aktivitas PETI terus beroperasi.
Selain itu, tanaman di perkebunan milik warga yang tidak jauh dari bantaran sungai juga rusak dan mati, karena tumpukan material pasir dari normalisasi sungai.
“Banyak tanaman warga disekitar bantaran sungai yang mati. Mereka mau menuntut kemana, juga bingung. Pemerintah harus segera mengatasi persoalan ini,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan, Salimin, warga Desa Air Panas, ia mengaku sering khawatir jika intensitas curah hujan meningkat, dan terjadi dalam kurun waktu yang lama.
“Kalau sudah hujan, kami tidak bisa tidur nyenyak. Khawatir jangan banjir lagi. Pokoknya kalau sudah hujan, langanan desa ini pasti banjir,” ujarnya.
Dia mengaku, sempat mengutarakan kekesalannya kepada salah seorang aparat yang berjaga-jaga di lokasi aktivitas PETI. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Baca Juga : Banjir di di Parimo, Rendam 40 Hektar Sawah di Desa Tanalanto
“Saya bilang sama petugas soal tambang emas ilegal itu, jangan dibiarkan kami kena dampaknya. Tapi petugas itu cuman bilang, dia hanya bertugas mengamankan lokasi tambang,” ungkapnya.
Warga Dusun IV Desa Olaya pun terkena dampak akibat luapan sungai, kurang lebih 50 rumah terendam air dan lumpur. Kondisi tersebut, diperparah dengan kondisi tanggul sungai yang sebelumnya telah jebol.
Banjir merendam rumah warga kurang lebih dua jam, sekitar pukul 21:00 WITA air mulai surut. Sejumlah warga yang khawatir akan terjadi banjir susulan, akhirnya mengungsi ke rumah keluarga terdekat, dan ada juga yang memilih tetap tinggal di rumah.
Pantauan media ini, tim Tagana Dinas Sosial, TRC BPBD, PMI, dan sejumlah relawan dikerahkan turun ke lokasi bencana. Wakil Bupati Parimo, Badrun Nggai juga turun ke lokasi banjir, untuk melihat langsung kondisi warga di Dusun IV Desa Olaya.
Komentar