Sulteng Miliki 7 Daerah Sentra Tanaman Hortikultura Bawang Merah

PALU, theopini.id – Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tengah (Sulteng) Nelson Metubun, mengatakan wilayah setempat memiliki tujuh daerah sentra tanaman hortikultura bawang merah.

“Di antaranya Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Poso, Banggai, Sigi, Morowali, Donggala dan Kota Palu,” ungkap Nelson.

Baca Juga : Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Tembus Rp 80 Ribu per Kg

Menurutnya, khusus Kabupaten Parimo memiliki dua varietas lokal yang telah diakui oleh Kementerian Pertanian, yakni bawang merah Palasa dan Bawang Merah Tinombo yang banyak digunakan untuk bahan baku bawang goreng.

Komoditas lokal ini kata dia, diakui sebagai komoditas unggulan berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 480/Kt/LB.240/8/2004, tentang pelepasan varietas Palasa sebagai unggulan nasional.

“Kami juga mendorong petani memperbanyak kelompok penangkar benih, supaya akses memperoleh benih lebih mudah tanpa harus mendatangkan dari luar daerah,” ucapnya.

Dia mengatakan, pihaknya hingga kini terus mempertahankan tingkat produksi bawang merah di tingkat petani, sebagai salah satu komoditas ekspor di wilayah setempat.

“Beberapa tahun terakhir bawang merah sudah menembus pasar ekspor. Pada 2022, kami mendorong petani meningkatkan jumlah produksi” kata dia.

Sasaran ekspor bawang merah umbi kering panen (UKP) asal Sulawesi Tengah, yakni Jepang dengan jumlah pengiriman kurang lebih 9 ton lebih pada 2021, berdasarkan data Balai Karantina Pertanian kelas II Palu.

Dorongan Pemprov Sulawesi Tengah atas peningkatan produksi katadia, melalui intervensi bantuan sarana dan prasarana pendukung, salah satunya yakni benih maupun sarana produksi (Saprodi) pertanian.

“Selain ekspor, bawang merah Sulawesi Tengah juga menyasar pasar domestik dengan daerah tujuan yakni Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua yang hingga kini masih konsisten dilakukan, termasuk komoditas tomat menyasar daerah tersebut,” ungkapnya.

Dia menyebut, strategi operasional peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura, yakni perluasan maupun optimalisasi areal tanam.

Kemudian, penggunaan benih unggul bersertifikat, termasuk penggunaan pupuk berimbang antara pupuk kimia, dan pupuk organik, penyediaan sarana irigasi serta, penguatan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) serta perbaikan budidaya.

Baca Juga : Harga Jagung Anjlok, Petani di Parimo Merugi

“Strategi lainnya yakni antisipasi dampak perubahan iklim, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) serta pengendalian pascapanen sebagai upaya pengamanan produksi, termasuk penguatan kelembagaan, optimalisasi pelayanan penyuluhan serta pemanfaatan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) pertanian,” tukasnya.

Komentar