Yunita Tagunu: Parimo Harus Waspada, 183 Kasus Malaria Baru Muncul Awal 2025

PARIMO, theopini.idKepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, Yunita Tagunu menegaskan, masyarakat harus bersiap menghadapi status siaga darurat non alam KLB Malaria.

Menurutnya, situasi ini ironis karena Kabupaten Parimo baru saja meraih sertifikat eliminasi malaria pada 2024, setelah tiga tahun berturut-turut tanpa kasus.

Baca Juga: Dinas Kesehatan Parimo Akan Lakukan Skrining Masif Antisipasi KLB Malaria

Namun, pada awal 2025 mulai bermunculan kembali kasus malaria. Hingga 2 September tercatat 183 kasus baru, termasuk empat kasus di Kecamatan Parigi Barat, tiga di antaranya kasus impor.

“Tentu ini kejadian yang tidak kita harapkan. Setelah bebas malaria di 2024, di awal 2025 muncul kembali kasus malaria yang kini sudah mencapai 183 kasus,” ungkap Yunita dalam sosialisasi yang digelar Satgas Penanggulangan Bencana Non Alam KLB Malaria di Kecamatan Parigi Barat dan Kecamatan Parigi, Kamis, 4 September 2025.

Ia menjelaskan, pemetaan menunjukkan masih terdapat jentik nyamuk anopheles di wilayah Parigi Moutong sebagai pembawa parasit malaria. Hal itu membuat risiko penularan tetap ada, meskipun sebagian kasus berasal dari luar daerah.

“Olehnya masyarakat harus bersiap sesuai ketetapan Satgas, yaitu Siaga Darurat. Nyamuk bisa membawa parasit dari orang sakit ke orang sehat, dan kita tidak tahu apakah itu anopheles atau jenis nyamuk lainnya,” jelasnya.

Sebagai langkah awal, sosialisasi digelar untuk melibatkan kepala desa, kepala sekolah, puskesmas, hingga masyarakat luas agar bergerak sesuai kewenangannya masing-masing.

Selain itu, Dinas Kesehatan Parimo juga menyiapkan pemeriksaan massal melalui rapid test malaria di seluruh lapisan masyarakat.

Baca Juga: Pemda Parimo Alokasikan Rp1,5 Miliar dari BTT untuk Penanganan KLB Malaria

Yunita berharap penanggulangan malaria tidak hanya bergantung pada sektor kesehatan, tetapi membutuhkan kerja sama lintas sektor secara konsisten.

“Setelah penemuan kasus, pengobatan, penyelidikan epidemiologi, dan pengendalian lingkungan, kunci keberhasilan tetap pada koordinasi, kolaborasi, dan komunikasi antarinstansi. Hanya dengan kerja sama lintas sektor hasil maksimal bisa kita capai,” tegasnya.

Baca berita lainnya di Google News

Komentar