PARIMO, theopini.id – Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, Arif Alkatiri menilai, capaian kinerja Richard Arnaldo sebagai Pj Bupati di daerah setempat, belum menyentuh ke masyarakat.
“Kalau saya lihat kinerja Pj Bupati, masih seperti yang lalu. Hanya evaluasi, pembukaan (acara), rapat-rapat, belum ada yang menyentuh sampai ke masyarakat. Kalau ada, tunjukan ke saya,” tegasnya Arif Alkatiri, di Parigi, Selasa, 11 Juni 2024.
Baca Juga: Dinilai Tak Netral, Gubernur Sulteng Diharap Evaluasi Kinerja Pj Bupati Parimo
Ia juga menyebut, bicara soal capaian kinerja tidak perlu dengan hal-hal yang luar biasa, seperti penghargaan Adipura.
Sebab, penumpukan masalah sampah di dalam hingga di luar Pasar Sentral Parigi belum terselesaikan.
Belum lagi, kata dia, masalah pemanfaatan Pasar Sentral Parigi yang hingga kini, masih menjadi utang Pemerintah Daerah (Pemda) Parimo di Bank Dunia.
“Bicara satu masalah saja, Pasar Sentral Parigi. Itu sudah luar biasa,” imbuhnya.
Kondisi Pasar Inpres Parigi saat ini, sepi dan pedagang memilih berjualan di luar hingga menyebabkan banyaknya bangunan yang tidak terisi.
Sementara di kawasan lain, menurut Arif, masih terdapat pedagang yang berjualan di pinggir-pinggir jalan. Padahal, seharusnya mendapatkan solusi untuk direlokasi ke Pasar Sentral Parigi.
Kemudian dari sisi ekonomi, para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), khususnya di Kecamatan Parigi tumbuh sendiri, tanpa bantuan pemerintah.
“Mereka sendiri, karena persoalan ekonomi, sulit. Saya contohkan, kontainer akal-akalan di pinggir jalan terus tumbuh. Tidak dibantu, apa yang bisa mereka bikin, apa saja dijual,” tukasnya.
Bahkan, pada akhir pekan omset pendapatan anjlok, karena sebagian orang memilih ke Kota Palu, termasuk para Aparat Sipil Negara (ASN).
Ia juga menyoroti, soal adanya refocusing dan defisit anggaran yang terjadi saat ini, karena dinilainnya tidak memiliki alasan yang mendasar.
Baca Juga: Capaian Kinerja Pj Bupati Parimo Dievaluasi Kemendagri
“Defisit tidak begitu. Misalnya begini, saya punya uang Rp100 juta, dituangkan dalam bentuk program yang nilainya sama. Ada uangnya, sekarang apa alasan defisit itu?,” tukasnya.
Arif Alkatiri menduga, ada program-program yang dilebihkan atau terjadi kesalahan penghitungan, sehingga menyebabkan defisit anggaran.