Theopini.id – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan, ada kemungkinan obat Molnupiravir akan dijual di apotek. Sementara, efek samping yang ditimbulkan akibat mengonsumsi obat ini masih dapat ditoleransi.
“Karena obat ini tergolong sebagai obat yang ringan, obat tersebut kemungkinan akan didistribusikan juga melalui apotek,” kata Penny di Bantul, dikutip dari Kompas.com, Sabtu 16 Januari 2022.
Adapun efek samping yang sering dilaporkan, antara lain, mual, sakit kepala, mengantuk, nyeri perut, dan nyeri pada orofaring. Hasil uji nonklinik dan uji klinik juga menunjukkan, molnupiravir tidak menyebabkan gangguan fungsi hati.
Namun, molnupiravir tidak boleh diberikan pada wanita hamil, sementara wanita usia subur yang tidak hamil harus menggunakan kontrasepsi selama pemberian molnupiravir.
Data BPOM juga menyebutkan, hasil uji klinik fase tiga menunjukkan molnupiravir dapat menurunkan risiko dirawat di rumah sakit.
Kemudian, risiko kematian sebesar 30 persen pada pasien Covid-19 dengan kondisi ringan hingga sedang. Sementara itu, pada pasien Covid-19 dengan kondisi ringan, risiko tersebut menurun 24,9 persen.
Penny menambahkan, molnupiravir juga dapat diberikan kepada pasien Covid-19 yang tengah melaksanakan isolasi mandiri di rumah, apabila terjadi lonjakan kasus Covid-19.
“Kalau terjadi lonjakan kasus dan ada banyak yang isolasi mandiri di rumah, tentu nanti akan ada lagi kebijakan untuk memudahkan masyarakat mengakses obat ini,” ujarnya.
Pendistribusian yang kemungkinan akan dilakukan melalui apotek, menyusul telah diterbitkannya izin penggunaan darurat obat tersebut, untuk mengobati pasien Covid-19 dengan kondisi ringan sampai sedang.
Dia menjelaskan, biasanya obat yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat penggunaannya, akan ketat pengawasannya di rumah sakit besar dan dengan pengawasan dokter.
“Biasanya dulu obat-obat yang diberikan izin dalam masa kedaruratan itu sangat ketat pengawasannya. Ini obatnya ringan dan berupa tablet sehingga tidak harus hanya diberikan di rumah sakit. Ada kemungkinan nanti akan didistribusikan dengan mudah di apotek,” kata Penny.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini Kemenkes sudah mengamankan 400.000 tablet obat Molnupiravir yang disiapkan PT Amarox.
Budi juga mengatakan, obat Molnupiravir akan diproduksi PT Amarox mulai April atau Mei 2022. Selain itu, obat Paxlovid juga akan diproduksi untuk menghadapi pandemi berikutnya. “Beberapa varian obat yang pasti kita butuhkan adalah obat-obat antivirus seperti Favipiravir dan juga Molnupiravir. Kalau kita bisa dengan segera mendapat akses ke obat-obat tersebut, akan sangat membantu untuk penanganan Covid-19 ini,” kata Budi, dalam keterangan tertulis melalui laman resmi Kemenkes, Sabtu.***
Komentar