Tidak Melalui Kajian Awal, Anleg Parimo Pesimis IP400 Akan Maksimal

PARIMO, theopini.id – Anggota Legislatif (Anleg) Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, H. Suardi pesimis program Indeks Pertanaman 400 (IP400) akan berjalan maksimal di wilayah setempat. Seharusnya,  ada proses kajian awal, serta sosialisasi kepada petani yang menjadi sasaran pelaksana kegiatan.

“Jangan langsung ke IP400,  di daerah mana di Indonesia yang sudah melaksanakan?. Kalau ada saya mau studi banding kesana, metode semacam apa mereka gunakan,” ungkap Suardi saat ditemui di Parigi, Senin 7 Februari 2022.  

Menurutnya, seharusnya pemerintah tidak melakukan lompat tangga dalam meningkatkan produksi beras. Sehingga, masih tetap menggunakan sistem IP300 atau satu tahun tiga kali penanaman.

Program Kementerian Pertanian untuk menambah produktivitas dengan cara eksentifikasi dirasanya tidak mungkin, apalagi menggunakan cara intensifikasi yang sudah full.

“Parimo, yang sudah menggunakan sistem lima kali penanaman dalam dua tahun, dan ditambah menjadi enam kali pun belum bisa. Apalagi menambahkan indeks pertanaman menjadi delapan kali penanaman dalam dua tahun,” ujarnya.

Dia menuturkan, dalam hitungan masa produksi tanaman dengan jangka waktu 100 hari, apabila menggunakan sistem IP400, maka waktu yang dibutuhkan sebanyak 400 hari. Sementara dalam satu tahun hanya ada 360 hari.

Belum lagi kata dia, pada masa pengelolaannya selama 15 hari. Sehingga dibutuhkan waktu 60 hari atau dua bulan lamanya.

“Jadi total keseluruhan ada 460 hari, kalau  menggunakan program IP400 ini,” jelasnya.

Hanya saja, karena program tersebut masih sebatas uji coba dari pemerintah pusat, sehingga perlu harus mendapatkan dukungan.

Namun, pihaknya telah menyarankan petani untuk menggunakan jasa asuransi, agar mendapat jaminan ketika mengalami kerugian karena program tersebut tidak mengenal sistem.

Dia menilai, program itu juga harus melalui proses kajian dari berbagai factor, di antaranya ketersediaan air, karena infrastruktur yang ada sekarang masih belum maksimal.

“Dalam satu tahun ini kebutuhan air petani tidak mencukupi dan harus di rotasi. Makanya, area persawahan yang dipilih program IP400 berdekatan dengan muara pintu air,” ungkapnya.

Kemudian persoalan pupuk bersubsidi yang dibatasi, sehingga target 7000 ton dalam satu tahun, akan terasa sulit terpenuhi oleh para petani.

“Makanya para petani saya sampaikan, untuk tetap melaksanakan jangan sampai petani dianggap tidak mau, nanti kita akan mengevaluasi program ini,” pungkasnya.

Laporan : Wawa Toampo

Komentar